Wednesday, September 30, 2009

Toleransi Solahudin

Pada suatu hari, Shalahudin al-Ayubi sedang duduk di dalam perkemahan. Di saat dia sedang serius memberikan wejangan, tiba-tiba ada seorang perempuan kafir berdiri di depan perkemahannya. Perempuan tersebut nampak bersedih serta berteriak dengan suara yang memekikkan telinga, sehingga membuat suasana menjadi gaduh. Melihat kejadian tersebut, para prajurit segera bertindak menjauhkan perempuan itu dari perkemahan. Akan tetapi Shalahudin mendengar suara perempuan tersebut. Maka segeralah ia memerintahkan para prajurit agar membawa masuk perempuan itu.

Begitu perempuan itu menghadap, Shalahudin segera menanyai perihal yang menyebabkan perempuan itu bersedih, sampai-sampai meneteskan air mata. Mendapatkan pertanyaan tersebut, perempuan itu menjawab, “Aku bersedih karena anakku. Ia di culik. Dan suamiku disandra sebagai tawanan perang. Padahal, suamikulah yang memberikan nafkah buatku.”

Pernyataan perempuan tersebut membuat terharu, serta sedih yang mendalam dibenak Shalahudin. Lantas, seketika itu juga dia memerintahkan para prajurit, agar segera melepaskan suami perempuan yang dijadikan tawanan itu

Dia juga memerintahkan para prajurit, agar mencari anak yang hilang di culik. Mendapatkan perintah tersebut, secepat kilat para prajurit melaksanakannya. Sampai akhirnya berhasil mendapatkan anak yang diculik itu. Dan dengan segera pula, si anak diserahkan kepada ibunya. Betapa bahagianya perempuan itu mendapatkan suami dan anaknya kembali ke pangkuannya. Perempuan tersebut sangat berterima kasih serta memuji Shalahudin. Tidak lupa juga mendoakan agar hidupnya senantiasa mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa.

Mendengar pernyataan dari perempuan itu, Shalahudin berkata, “kami tidak melakukan sesuatu apapun, kecuali apa yang telah diperitahkan oleh agama kami.” Mendengar ungkapan Shalahudin, perempuan itu lantas bertanya, “apakah agama tuan memerintahkan kasih sayang terhadap para musuh, serta membantu orang-orang yang lemah? “ “Benar bunda,” jawab shalahudin. “Islam adalah,” lanjutnya, “agama Allah di dunia ini. Agama-Nyalah yang senantiasa memberikan rahmat serta menjadi penyelamat bagi seluruh umat.” Mendapat jawaban ini, perempuan itu tergugah benaknya. Akhirnya, perempuan itu bertanya, “bagaimanakah caranya agar saya bisa menjadi seorang muslimah, tuan? Karena saya mencintai agama yang senantiasa bertoleransi dan mulia itu, seperti yang tercermin dari sifat-sifat dan akhlak tuan”.

“Jalan masuk Islam sangat mudah, yaitu anda bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah,” demikian Shalahudin mejawab. Dengan segera perempuan itu mengucapkan kedua kalimat sahadat. Selanjutnya, suaminya pun menyusul mengucapkan kalimat itu.

Kisah di atas menunjukkan bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang mengedepankan toleransi, serta menjadi rahmat bagi semua alam. Sehingga Islam merupakan agama yang membawa perasaan nyaman terhadap pemeluknya, juga membuat orang lain simpati. Hal tersebut sekaligus menolak anggapan bahwa islam di sebarkan dengan kekerasan. Wallahu a’lam.


No comments: